Kegiatan 3 : Membandingkan Antara Puisi Diafan dan Prismatis

Saat membaca sebuah puisi, mungkin kalian akan menemukan kata atau larik yang kurang kalian pahami maksudnya. Untuk dapat memahaminya, terkadang kalian harus membaca larik puisi itu berulang kali atau dibantu dengan mengecek kata dalam kamus. Cara lain untuk memahaminya adalah dengan mencari tahu kalimat tersebut merupakan kalimat perbandingan atau bukan.
Berikut ini disajikan sebait puisi. Cermatilah diksi atau pilihan kata yang digunakan di dalam larik puisi tersebut.
Matamu, Ibu, adalah danau di kaki bukit pada pagi hari
Ketika tinggi matahari baru sepenggalah
Dan sisa-sisa embun masih berbekas di ujung rumput
Suaramu, Ibu, adalah ricik hujan setelah kemarau panjang meretakkan
tanah-tanah ladang
Diskusikanlah bersama teman kalian, makna dari kata-kata yang ada dalam setiap larik puisi tersebut.
Larik :
Matamu, Ibu, adalah danau di kaki bukit pada pagi hari
Makna :
Danau pagi di kaki bukit itu biasanya tenang dan indah sekali. Airnya jernih, seperti tidak ada ombak.
Mata Ibu itu seperti danau pagi yang tenang. Kalau kita melihat mata Ibu, rasanya damai dan tentram, tidak ada marah-marah.
Danau itu juga dalam. Kita bisa melihat dalamnya air. Mata Ibu juga seperti itu, dalam artinya penuh kasih sayang dan pengertian. Ibu bisa mengerti apa yang kita rasakan tanpa kita harus banyak bicara.
Pagi hari itu segar dan bersih. Mata Ibu juga seperti itu, bersih hatinya dan memberikan semangat baru buat kita.
Jadi, larik ini mau bilang kalau mata Ibu itu sangat indah, tenang, dalam kasih sayangnya, dan memberikan kedamaian seperti melihat danau yang tenang di pagi hari di kaki bukit.
Larik :
Suaramu, Ibu, adalah ricik hujan setelah kemarau panjang meretakkan tanah-tanah ladang
Makna :
Kemarau panjang itu seperti masa-masa sulit atau sedih. Tanah ladang jadi kering dan pecah-pecah karena tidak ada air. Ini seperti hati kita yang mungkin sedang susah atau kecewa.
Ricik hujan itu bunyi hujan yang pelan dan lembut. Biasanya bunyi hujan seperti ini sangat menyenangkan setelah lama tidak hujan.
Suara Ibu itu seperti bunyi ricik hujan setelah kemarau panjang. Artinya, suara Ibu itu menenangkan dan menyegarkan hati kita setelah kita mengalami masa-masa sulit atau sedih.
Seperti hujan yang membuat tanah yang retak jadi basah dan segar kembali, suara Ibu juga bisa membuat hati kita yang sedih atau khawatir menjadi lebih tenang dan lega.
Jadi, larik ini mau bilang kalau suara Ibu itu seperti bunyi hujan lembut setelah lama sekali tidak hujan. Suara Ibu itu membawa kedamaian, ketenangan, dan harapan baru setelah kita mengalami kesulitan, sama seperti hujan yang menyegarkan tanah yang kering kerontang.
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung ke blog ini.
Semoga bermanfaat :)